Malang…, itulah nasib Negara ini,
Indonesia . Negara dengan jumlah penduduk melimpah dengan wilayah yang sangat
luas dengan budaya yang kaya dengan posisi yang strategis dan dengan hasil alam
yang melimpah. Sayangnya segala kelebihan itu tak menjamin segala nasib Negara
ini. Penderitaan,
kemiskinan, kepedihan, dan kesenjangan sosial selalu mewarnai kehidupan
Indonesia. Yang lebih memprihatinkan lagi, Indonesia adalah Negara
hukum begitu yang ada pada UUD 1945 namun apa yang terjadi? Pada kenyataannya hukum
di Indonesia bagaikan barang yang dapat dinilai dengan uang.
Bayangkan
saja seorang nenek yang hanya mengambil kayu di kebun orang lain langsung
dituntut dan dibawa ke pengadilan sedangkan seorang koruptor yang mencuri uang
rakyat sampai milyaran rupiah bisa bebas di luar sana bahkan jikalau mereka
dipenjara pun mereka tetap bisa mendapat kenyamanan yang membuat saya
sendiri bingung membedakan dipenjara atau tidak. Begini saja ini dibuat
mudah, kayu saja dianggap sangat berarti untuk satu orang lantas bagaimana
dengan uang milyaran rupiah yang telah diambil para koruptor yang mana uang itu
sangat berarti bagi jutaan orang. Bagaimana
bisa Negara
yang katanya menjunjung tinggi hukum di setiap pasal di undang-undangnya lebih
memilih menghukum orang yang mengambil kayu daripada orang yang telah mengambil
nasib jutaan masyarakat yang sangat membutuhkan, sangat menyedihkan…,
itu baru satu dari ratusan tidak bahkan ribuan penyimpangan keadilan yang ada
di Indonesia, tapi begitulah hukum di Negara ini,
Tajam ke bawah tapi Tumpul ke atas.
Kemudian
tentang kemiskinan. Negara yang sangat kaya akan hasil alam, Negara yang tempo dulu diperebutkan
oleh berbagai Negara, Negara yang pernah dijajah oleh 4 negara besar, dan
Negara yang punya ratusan pulau dengan tiap SDA dan budaya yang berbeda-beda
memiliki masyarakat yang tidak bisa memenuhi kebutuhan seperti makan 3
kali sehari. Lebih dari itu, beberapa masyarakat rela mencuri bahkan memakan
makanan sisa orang lain yang telah dibuang ditempat sampah karena kelaparan padahal
Indonesia kaya akan hasil pertanian dan perkebunan.
Meski
begitu ada juga orang yang dapat hidup makmur, tidak sedikit pengusaha sukses
yang ada di Indonesia. Tetapi masalahnya perbedaan kehidupan sosial antara si
kaya dan si miskin sangatlah jauh yang kemudian sering kita sebut dengan kesenjangan
sosial. Yang lebih menyebalkan lagi yaitu banyaknya pengaruh asing
membuat identitas bangsa Indonesia sebagai Negara agraris mulai luntur.
Belakangan ini, beberapa kabupaten di pulau jawa kebingungan karena menurunnya
jumlah petani akibat banyak orang yang menganggap menjadi petani tidak bisa
menjamin kehidupan mereka, jujur saja hal itu memang benar karena seharusnya
pemerintah lebih mengoptimalkan kesejahteraan petani. Hal ini tentu punya
dampak yang besar bagi masyarakat di Indonesia mengingat nasi adalah makanan
pokok kita.
Situasi
ini benar-benar tak sesuai dengan apa yang diharapkan dan diperjuangkan para
pahlawan kita yang terdahulu, mereka merelakan harta, benda, bahkan nyawa demi
kemerdekaan negeri ini, tapi apa yang terjadi? Beginikah cara bangsa Indonesia
membalas jasa para pahlawan yang telah membebaskan mereka dari penyiksaan dan
penjajahan bangsa asing? Akan tetapi semua hal ini tidak semata-mata
salah pemerintah semata, rakyat juga ikut andil dalam berbagai kekacauan Negara
ini, rakyat
di Indonesia ini sudah sangat terpengaruh dengan apa yang disebut dengan harta
dan kekuasaan, contohnya saja, rakyat akan lebih memilih wakil rakyat
yang member mereka banyak uang sebelum pemilu daripada wakil rakyat yang punya
dedikasi tinggi untuk membangun kesejahteraan bangsa, atau ada orang yang mau
masuk ke suatu partai yang tidak jelas karena diiming-imingi pangkat dan
jabatan yang tinggi di partai itu maupun di pemerintahan sungguh sangat
memilukan seolah-olah kehidupan bangsa ini dapat dibeli dengan uang.
Orang-orang dalam negeri sendiri saja rela menjual kesejahteraan bangsa
Indonesia hanya demi suatu alat pembayaran yang disebut uang, saat ini manusia
sudah kehilangan arti uang sebagai alat pembayaran mereka malah mengartikan
uang sebagai penguasa kehidupan mereka.
Saat
ini, pemuda-pemuda Indonesia beranggapan bahwa kehidupan bangsa barat lebih
mulia daripada kehidupan bangsa timur, padahal tidak begitu. Anggapan itu
muncul akibat pengaruh Westernisasi yang mendominasi hampir seluruh kehidupan
di dunia, sebenarnya kehidupan bangsa timur tidak lebih buruk dari bangsa
barat. Bangsa Timur memiliki ribuan budaya yang lebih bermutu daripada budaya
barat dari adanya tarian, kerajinan, adat dan lain sebagai dapat membuat bangsa
timur sendiri menjadi bangsa yang budayanya dapat dikenal oleh masyarakat luas.
Begitu juga dengan Indonesia entah berapa ratusan tarian dan kerajinan yang ada
di Indonesia tidak hanya soal budaya ilmu beladiri di Indonesia juga tidak kalah
dengan ilmu beladiri bangsa lain. Ilmu beladiri dari Indonesia adalah Ilmu
beladiri khas bangsa melayu yaitu pencaksilat. Pencaksilat sendiri memiliki
gaya dan model berbeda-beda di tiap daerah missal perisai diri dari Jawa
Tengah, silat harimau dari Sumatra, Silat betawi dari Jakarta dan masih banyak
lagi yang lainnya. Selain sebagai sarana beladiri pencaksilat juga memiliki
nilai sacral yang membuat pencaksilat sendiri menjadi budaya yang harus
dilestarikan.
Selain
itu Pemuda Indonesia lebih mengagungkan segala sesuatu yang ada di luar negeri.
Bisa
dibilang semangat Nasionalisme kita sudah luntur termakan jaman. Saya
sendiri tidak tertarik untuk masuk ke dunia politik untuk membenahi Negara ini
tapi itu bukan karena saya tidak mau tapi itu karena saya takut pada diri saya
sendiri, takut apabila saya tidak memenuhi tanggung jawab saya untuk
memperbaiki negeri ini, atau mungkin daripada memperbaiki sesuatu yang telah
rusak parah lebih baik membangunnya lagi dari nol. Namun ketakutan itu tak berlaku
bagi para pemimpin Negara yang telah memutusakn untuk menerima tanggung jawab
tersebut tidak peduli apapun alasan mereka tanggung jawab tetap tanggung jawab
dan harus dituntaskan.
Nah, sekian yang dapat saya ungkapkan
tentang kehidupan Negara tercinta saya ini, saya mengatakan seperti itu bukan
karena saya benci dengan Negara ini melainkan saya hanya ingin Bangsa ini sadar
betapa kacau dan memprihatinkannya nasib negaranya. Saat ini saya
memang tak bisa melakukan apa-apa selain mengungkapkan sepatah kata ini namun saya
harap ini dapat menumbuhkan semangat untuk membangun negeri ini menjadi lebih
baik lagi. Mohon maaf bila ada salah, Terimakasih.
0 komentar:
Posting Komentar